Menghargai Waktu
Oleh
Drs. H. Makmur, M.Ag
(Sekretaris
MUI Kab. Lampung Utara)
Pepatah
Arab mengatakan “waktu adalah pedang”. Ungkapan ini mempunyai arti bahwa
perjalanan waktu sangat penting. Kata pedang dalam pepatah itu menunjukan
sebuah benda yang sangat tajam yang bisa mengiris, memotong, menghaluskan atau
mengubah sesuatu yang buruk menjadi bagus, akan tetapi jika tidak bisa
memanfaatkannya dan atau salah memanfaatkannya maka pedang itu menjadi bomerang
bagi kita bahkan bisa melukai diri kita sendiri.
Inilah
yang disebut dengan waktu yaitu “tempat atau ruang” beraktivitas manusia, baik
aktivitas baik, aktivitas buruk bahkan tidak beraktivitaspun akan melalui
waktu. Itulah sebabnya untuk menunjukan betap pentingnya waktu, maka Allah swt
di dalm Alquran beberapa kali bersumpah dengan menyebut waktu diantaranya al-lail (waktu
malam), an-nahâr (waktu siang), al fajr (waktu
fajar), adh-dhuhâ (waktu matahari sepenggalahan naik), al ‘ashr (masa)
Sebagai
ajaran yang konprehenship, Islam sangat menghargai waktu. Artinya agama sangat
menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya. Kegiatan positif senantiasa dianjurkan dan kegiatan negative
untuk ditinggalkan. Meraih prestasi dengan melaksnakan kebaikan, meninggalkan
perbuatan buruk adalah hal yang mesti ditinggalkan.
Ini
artinya agama mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada waktu untuk melakukan
perbuatan sia-sia, tidak ada waktu untuk di isi dengan perbuatan buruk, tidak
ada waktu untuk bermaksiat, tapi yang ada adalah bagaimana menggunakan waktu
dengan baik sehingga menjadi bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Dan
agama banyak menyadarkan kepada kita, bahwa perjalanan waktu kita di dunia ini
akan dimintai pertanggunjawaban di akhirat kelak.
Rasulullah
saw bersabda “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat
sampai ia ditanya tentang empat perkara; Tentang badannya, untuk apa ia
gunakan, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia
peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana ia
beramal dengannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syekh Al Albani).
Hadis
ini menunjukan bahwa “perjalanan waktu manusia” akan di hisab di hadapan Allah,
semua aktivitas kita dalam mengisi waktu akan di perlihatkan apakah baik
ataupun buruk. Maka lebih jauh Rosulpun mengingatkan agar tidak melalaikan dan
menyia-nyiakan waktu : “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang merugi
padanya: waktu luang dan kesehatan.” (HR. Bukhâri).
Waktu
luang adalah salah satu nikmat yang banyak dilalaikan oleh manusia, waktu luang
banyak disia-siakan begitu saja, banyaka orang berpangku tangan, banyak orang
bermalas-malasan, banyak orang yang melakukan hal-hal yang tidak berguna.
Itulah sebabnya Rosul lebih tegas mewarning kita dalam menggunakan waktu,
seperti dalam sabdanya “Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima;
masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa
sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, waktu luangmu sebelum
datang waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu.” (HR. Hâkim,
dishahihkan oleh Al Albâni).
Oleh
karena itu, mari kita merenungkan firman Allah swt “Demi waktu (masa).
Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman,
yang beramal kebaikan, saling menasehati dalam kebenaran dan menepati dalam
kesabaran” (QS. Al-Asher : 1-3)
Pada
ayat ini Allah bersumpah, “Demi Masa”. Biasanya sebuah ucapan yang
dimulai dengan sumpah menunjukkan sebuah keseriusan, menunjukkan bahwa apa yg
disampaikan adalah sebuah kebenaran atau merupakan pernyataan yang sangat
penting. Seperti contoh kalau ada orang yang bersumpah “Sumpah demi Allah saya
tidak akan korupsi, kalau saya korupsi gantung saya di Monas”” ini
menunjukkan bahwa apa yg disampaikannya adalah pernyataan yg serius dan tidak
main-main.
Dan disisi
Allah bersumpah dengan menggunakan waktu Ashar, yang bisa bermakna kita
akan sampai, atau sudah sampai pada waktu Ashar, sebentar lagi akan datang
waktu Maghrib, artinya waktu yang sudah hampir habis (tua). Kalo dulu kita
masih merasa hebat dan sanggup berlari kencang tak kenal lelah, tanpa
terasa kini nafas cepat tersengal dan sendi mudah keseleo. Kalo dulu makan
tinggal pilih mau makan enak sepuasnya, sekarang mulai banyak pantangan. Makan
daging kumat darah tinggi, makan gula kumat diabetes, gak makan gula kumat
sakit kuning, makan sayur kumat asam urat dsb.
Kemudian
Allah menyatakan, bahwa manusia dalam kerugian. Ayat ini merupakan peringatan
kepada kita sekaligus kita diminta untuk introspeksi dan bahkan di minta untuk
menghitung agar hidup kita ini tidak dalam kerugian. Jadi Coba dihitung-hitung
berapa banyak waktu yang kita pakai untuk melakukan aktifitas positif,
sebandingkah dengan waktu yang terbuang sia-sia, jika di kalkulasikan apakah
keuntungan yang di dapat atau justru kerugian yang besar.
Lalu
di ayat berikutnya Allah memberikan solusi untuk untuk meraih kesuksesan dan
menebus kerugian. Yaitu pertam, dengan “Amanu” (beriman), artinya tanamkan
Imanmu, kuatkan niat dan tekadmu, Teguhkan keyakinanmu, untuk selalu
berjalan pada jalan yang lurus, bahwa segala upaya hanya disandarkan kepada
Allah swt.
Kedua,
“amilus sholihat” (berbuat baik), ini artinya selalu bekerja dalam
aktivitas yang positif, jangan pernah merasa takut untuk berbuat baik. Ketiga,
“watawa shoubil haq” (saling menasehati dalam kebenaran), ini mengandung
arti carilah teman, bentuklah kelompok, terjunlah dalam komunitas yang
selalu membimbingmu untuk belajar, mengajakmu kepada kebenaran, dan Keempat,
“watawa shoubisober” (saling menasehatimu dalam kesabaran), artinya
kalau imannya kuat, amalnya bagus, selalu dalam kebenaran, maka harus di dukung
dengan selalu menetapi kesabaran.
Maka
mulailah saat ini, senantiasa perbaharui niat, tinggalkan kerugian yg menjerat,
jangan tunggu esok lagi, karena esok tidaklah pasti. Hargai waktu karena
Asharmu sudah menanti. Jangan terlena dengan waktu yang telah di berikan Tuhan.
(wallahu’alam)
Komentar
Posting Komentar