Untuk Apa Al Qur'an Diturunkan?
Jum'at, 24 Januari 2020
Bismillahirrahmanirrahim
Bismillahirrahmanirrahim
Al
Qur'anul Karim diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.
adalah untuk menyempurnakan petunjuk-petunjukNya kepada manusia agar dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Sebelum
Al Qur'an diturunkan, manusia telah mendapat tiga macam petunjuk dari Allah
swt., yaitu:
ILHAM
FITHRI
Ilham
Fithri adalah petunjuk yang diberikan oleh Allah swt. pada saat manusia baru
saja lahir di dunia ini. Dengan ilham fithri ini bayi yang baru lahir sudah
dapat merasakan lapar, kenyang, haus, puas, panas, dingin dan lain sebagainya;
dapat menyatakan perasaannya yang tak enak dengan bahasa yang sama di seluruh
dunia, yaitu menangis; dan memiliki kemampuan untuk menetek serta menelan
makanan yang disuapkan kepadanya. Petunjuk ini dimaksudkan agar sang bayi dapat
melangsungkan hidupnya di dunia ini. Sebab andaikata bayi yang baru lahir itu
tidak diberi kemampuan seperti tersebut di atas oleh Penciptanya, yaitu Allah
swt., maka pada waktu yang relatif pendek bayi tersebut pasti mati. Jadi
petunjuk pertama yang diberikan dengan gratis oleh Sang Pencipta ini adalah
untuk kepentingan manusia itu sendiri, dan sama sekali bukan untuk kepentingan
Allah swt. yang memberikan petunjuk tersebut. Dalam surat Asy Syams ayat 7,
Allah berfirman:
وَنفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا
Demi jiwa dan
apa saja yang menyempurnakannya.
اَلْحَوَاسُ الْخَمْسُ ATAU
PANCA INDERA
Bagi
binatang bersel satu, dengan satu petunjuk saja dari Penciptanya, dia sudah
dapat hidup dan berkembang biak dengan baik. Akan tetapi bagi manusia, dia
tidak mungkin dapat hidup dengan petunjuk yang pertama saja. Sebab kalau sampai
dewasa manusia hanya dapat menangis dan menetek saja, maka siapakah yang akan
meneteki? Oleh karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah swt. yang dengan
kasih sayang-Nya, tanpa diminta dan tanpa dibeli, telah berkenan memberikan
petunjukNya yang kedua yang berupa:
- Pendengaran, dengan telinga sebagai
alatnya.
- Penglihatan, dengan mata sebagai alatnya.
- Pencium, dengan hidung sebagai alatnya.
- Pengecap, dengan lidah sebagai alatnya.
- Peraba, dengan kulit sebagai alatnya.
AF'IDAH
ATAU RASIO ATAU AKAL PIKIRAN
Bagi
binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing dan lain sebagainya, dengan dua
petunjuk dari Penciptanya, sudah dapat hidup dan berkembang biak dengan baik.
Akan tetapi manusia tidak mungkin dapat hidup dengan dua macam petunjuk di
atas. Lebih-lebih panca indera yang diberikan oleh Allah swt. kepada manusia
memiliki banyak kekurangan dibandingkan dengan binatang-binatang tertentu.
Disamping itu, Allah swt. memberikan kelebihan-kelebihan tertentu, seperti:
terbang, lari kencang, kekuatan, kepandaian memanjat dan lain sebagainya kepada
binatang-binatang yang tidak diberikan kepada manusia.
Oleh
karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah swt. yang dengan kasih sayang dan
karunia-Nya, tanpa kita minta dan tanpa kita beli, telah berkenan memberikan
petunjukNya yang ketiga berupa af'idah atau ratio atau akal pikiran. Dalam Al
Qur'an surat An Nahlu ayat 78 Allah swt. telah berfirman:
وَاللّهُ أَخْرَجَكُمْ
مِنْ بُطُوْنِ اُمَّهاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَمْعَ
وَالاَبْصَارَ وَالاَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
Artinya: "Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (akal pikiran), agar
kamu bersyukur".
Dengan
akal pikiran ini, manusia tidak hanya dapat membedakan dirinya dengan binatang,
akan tetapi dengan akal pikiran yang dimiliki, manusia telah mampu menciptakan
alat-alat tehnologi yang sangat canggih dan sangat mengagumkan. Bahkan jika
hasil penemuan akan pikiran sekarang ini diceriterakan pada zaman Majapahit,
kemungkinan besar orang yang berceritera tidak dipercaya orang dan bahkan
dianggap gila. Dapat kita bayangkan tanggapan dan sikap orang, jika pada zaman
itu ada orang yang berceritera bahwa segala kejadian yang terjadi di dunia dapat
kita lihat dan kita saksikan, meskipun jaraknya sangat jauh atau ribuan
kilometer; dan kitapun dapat berwawancara dan berkomunikasi dengan orang lain
di seluruh dunia tanpa harus dibatasi oleh jarak. Apa saja yang rasanya tidak
mungkin terjadi pada zaman itu, sekarang ini sudah dapat kita saksikan dengan
mata kepala kita, sehingga tidak mengherankan jika ada sementara orang yang
karena silau menyaksikan kecerdasan akal pikiran dan otak manusia yang luar
biasa, telah beranggapan bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup yang sejati,
manusia cukup mengandalkan kemampuan akal pikiran saja dan tidak perlu agama
yang mereka anggap menghambat kemajuan akal pikiran manusia; sehingga agama itu
harus disingkirkan jauh-jauh dari kehidupan manusia. Demikianlah pendapat dan
faham dari golongan sekuler.
Akan
tetapi, betapapun cerdas, jenius dan brilian akal pikiran seseorang, ternyata
akal dikiran itu memiliki kelemahan pokok yang tidak akan pernah dapat diatasi
oleh akal pikiran itu sendiri. Tiga kelemahan pokok tersebut adalah:
Akal
pikiran manusia meskipun cerdas, ternyata tidak dapat mengetahui hakekat
kebenaran. Buktinya adalah banyaknya teori kebenaran yang telah dikemukakan
oleh para ahli filsafat. Padahal kita tahu bahwa kebenaran yang sejati itu
hanyalah satu. Disamping itu, setiap percekcokan, pertengkaran, perkelahian dan
peperangan yang terjadi di seluruh dunia ini, sumbernya pastilah karena
masing-masing pihak berebut benar.
Akal
pikiran manusia meskipun cerdas, ternyata tidak dapat mengetahui hakekat dan
letak kebahagiaan hidup. Apa yang dibayangkan oleh seseorang akan membahagiakan
hidupnya, ternyata setelah apa yang dibayangkan tersebut tercapai, justeru
seringkali mengantarkannya kepada kesengsaraan hidup yang berkepanjangan.
Akal
pikiran manusia meskipun cerdas, ternyata tidak mampu menjawab tujuh macam
pertanyaan yang diajukan kepadanya, yaitu:
- Dari mana asal manusia ini sebelum hidup
di dunia?
- Mengapa manusia harus hidup di dunia ini?
- Siapa gerangan yang menghendaki kehidupan
manusia di dunia ini?
- Untuk apa sebenarnya manusia hidup di
dunia ini?
- Mengapa setelah manusia terlanjur senang
hidup di dunia ini dia harus mati, pada hal tidak ada orang yang
menginginkan kematian?
- Siapa sebenarnya yang menghendaki kematian
manusia itu?
- Setelah manusia mati, ruhnya berpisah
dengan raganya, kemana ruh manusia itu pergi?
Ketiga
macam kelemahan akal pikiran manusia tersebut di atas adalah suatu bukti yang
nyata bahwa manusia mutlak memerlukan petunjuk dari Sang Pencipta akal pikiran
manusia itu sendiri, dan bukan petunjuk dari selain-Nya.
Oleh
karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah swt., Pencipta manusia dan alam
semesta, yang telah berkenan memberikan petunjuk yang keempat yang dipergunakan
untuk menyempurnakan petunjuknya yang ketiga. Petunjuk yang keempat inilah yang
dikenal dengan nama "Ad Dien" (agama), yang diberikan oleh Allah swt.
kepada manusia melalui para nabi yang diangkat sebagai rasul atau utusan Allah,
sejak rasul yang pertama yaitu nabi Adam as. sampai dengan yang terakhir, yaitu
Nabi Besar Muhammad saw. Sedangkan petunjuk keempat yang diberikan kepada Nabi
Besar Muhammad saw. semuanya telah terkumpul dalam sebuah kitab suci, yaitu Al
Qur'anul Karim yang diberikan secara gratis oleh Allah swt. tanpa diminta dan
dibeli. Dan sebagaimana petunjuk yang pertama sampai dengan yang ketiga, maka
petunjuk yang keempat inipun diberikan oleh Allah swt. untuk kepentingan
manusia dalam usaha mencapai kebahagiaan hidup. Disamping sebagai petunjuk, Al
Qur'anul Karim juga berfungsi sebagai penjelasan tentang cara melaksanakan
petunjuk dan sebagai pemisah antara yang hak dan yang bathil, sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 185 yang antara lain berbunyi:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِى
اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًا لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
وَالْفُرْقَانِ ... الآية
Artinya: "Bulan Ramadlan ialah
bulan yang diturunkan pada bulan tersebut Al Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan sebagai penjelasan tentang petunjuk tersebut dan pemisah (antara
yang hak dan yang bathil) ... dst".
Jika
petunjuk yang pertama sampai dengan yang keempat diberikan oleh Allah swt.
secara gratis tanpa diminta, maka masih ada lagi satu petunjuk yang tidak
diberikan secara gratis, tetapi harus diminta, yaitu: "Kasyful
Quluub" (tersingkapnya tabir hati). Petunjuk ini adalah petunjuk yang
kelima atau yang terakhir yang diberikan oleh Allah swt. kepada manusia.
Orang
yang telah mendapatkan petunjuk yang kelima ini, dia tidak hanya mengetahui
akan kebenaran agama Islam, akan tetapi dia dapat merasakan betapa nikmat
rasanya menjadi orang yang memeluk agama Islam, menjadi orang yang beriman dan
melakukan ibadah, khususnya melakukan shalat, karena shalat itu pada hakekatnya
adalah menghadap Allah swt.
Komentar
Posting Komentar